Walikota Semarang Hendrar Prihadi terpilih menjadi salah satu nominator penerima penghargaan Upakarti untuk kategori Jasa Kepedulian tahun 2017/foto: Humas Pemkot Semarang |
SEMARANG- Walikota Semarang Hendrar Prihadi terpilih menjadi salah satu nominator
penerima penghargaan Upakarti untuk kategori Jasa Kepedulian 2017.
Hendrar
Prihadi yang akrab disapa Hendi ini dinilai aktif menetapkan kebijakan yang
menumbuhkan iklim usaha kondusif, membuka peluang usaha dan memberikan
kemudahan bagi pengembangan IKM.
Penghargaan
Upakarti diberikan pemerintah setiap tahun sejak 1985. Penghargaan ini
memberikan apresiasi atas kinerja pemerintah daerah dalam karya jasa pengabdian
dan kepeloporan memajukan industri kecil dan kerajinan.
Hendi dalam kesempatan itu memberikan
paparanya di hadapan dewan juri yang terdir dari Prof Dr Ir Atih Surjati
Herman, M Sc Prof Dr Anas Miftah Fauzi M Eng, Prof Dr I Made Suwandi M Soc Sc, Dr Mukti Asikin serta Drs Fauzi
Azis, di Ruang Cendrawasih, Gedung Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot
Subroto Jakarta, Rabu (14/6) kemarin.
Bertajuk
Membangun Industri Kecil Menengah Melalui Inovasi ‘SMART’, Hendi menyampaikan
konsep program SMART sebagai upaya memajukan IKM Kota Semarang.
Menurut Hendi, Kota Semarang memiliki 3.497 IKM atau 95% dari total 3.675 pelaku usaha Kota Semarang. Jumlah yang cukup besar ini diimbangi juga dengan komitmen kuat pengembangan IKM, khususnya di bidang penganggaran dan kebijakan.
“Dari total APBD Kota Semarang, dialokasikan anggaran sebesar 8.20% atau Rp 362.099.248.000. Kerjasama 4 pilar yang terdiri dari pemerintah, akademisi, pelaku industri serta perusahaan, menjadikan konsep SMART semakin matang dalam mengembangkan IKM Kota Semarang,” jelas Hendi.
SMART merupakan kepanjangan dari Stimulating, Marketing, Adjusting, Raising dan Training terbukti cukup efektif dalam pengembangan IKM Kota Semarang.
Hasil
nyatanya, masih kata Hendi, Kota Semarang memiliki Semarang Digital Kreatif
(SDK), program promosi online di dalam maupun luar negeri yang menggandeng
tokopedia, memiliki Semarang Kreatif Galeri, payung hukum pembentukan klaster
IKM, serta adanya kredit dengan bunga terrendah se-Indonesia, yakni 3% melalui
kredit Wibawa (Wirausaha Bangkit Jadi Juwara).
“Selain
itu, secara rutin juga dilakukan training atau short course berupa teknik
design, packaging, sertifikasi, standarisasi, manajemen usaha bagi para pelaku
IKM,” terang Hendi.
Di luar anggaran tersebut, Pemerintah Kota Semarang juga terus mengembangkan sarana prasarana pendukung, infrastruktur serta iklim usaha yang kondusif bagi pelaku IKM.
“Hasilnya,
kemajuan IKM disertai dengan tingkat serapan tenaga kerja yang meningkat tajam
yakni 29.770 tenaga kerja,” lanjut Hendi.
Ketua tim Juri, Atih Surjati, mendorong Pemerintah Kota Semarang mengeluarkan peraturan agar industri kecil mendapat ruang untuk bersinergi dengan industri besar.
Menjawab
saran tersebut, Hendi menyampaikan sejumlah upaya yang dilakukan dalam
menjembatani industri kecil dan besar melalui bina pelaku usaha, namun usulan
penetapan aturan akan dijadikan rekomendasi penting untuk kedepannya.
Sementara, juri lainnya Dr Mukti Asikin mengatakan, inovasi yang dilakukan sudah atraktif, tetapi Asikin meminta agar tidak cepat puas.
“Harus
dilakukan inovasi terus menerus, misalnya dengan memasukkan penyertaan modal
kepada industri digital,” kata Asikin.
Menanggapi
hal tersebut, Hendi menyampaikan bahwa hal tersebut terbentur regulasi saat
ini, namun akan diupayakan dengan membuat holding company untuk
merealisasikannya.
Ke depan, Kota Semarang juga akan memiliki pusat furniture terbesar pertama di Indonesia, bernama Kampung Tukang Kayu yang berlokasi di kawasan Kota Lama. (Humas Pemkot Semarang/didik)