SEMARANG- Galeri usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berada di kawasan Kota
Lama Semarang atau Semarang Creative Gallery resmi dibuka, Selasa (1/8) malam
lalu.
Peresmian galeri itu berlangsung dengan suasana mirip
jaman Belanda dengan kehadiran para pejabat perempuan dari dinas-dinas terkait
yang mengenakan pakaian ala noni-noni Belanda.
Jalan utama di kawasan Kota Lama ditutup untuk kendaraan bermotor, dan persis di depan galeri itu juga dipenuhi dengan kursi-kursi dan beraneka aksesoris yang kian mengentalkan suasana tempo dulu.
Jalan utama di kawasan Kota Lama ditutup untuk kendaraan bermotor, dan persis di depan galeri itu juga dipenuhi dengan kursi-kursi dan beraneka aksesoris yang kian mengentalkan suasana tempo dulu.
Berbagai produk UMKM ditampilkan, antara lain, tas,
sepatu, sandal, kalung, batik dan "handycraft" serta dilengkapi
dengan cafe bagi pengunjung yang datang untuk bersantai.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebutkan, setidaknya ada 28 UMKM di Kota Semarang telah bergabung untuk memamerkan dan menjual produk-produk kreatif unggulannya di galeri tersebut.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebutkan, setidaknya ada 28 UMKM di Kota Semarang telah bergabung untuk memamerkan dan menjual produk-produk kreatif unggulannya di galeri tersebut.
“Kami yakin keberadaan Semarang Creative Gallery yang
didukung kalangan UMKM ini bisa semakin menggerakkan perekonomian di Kota
Semarang,” katanya, usai meresmikan pembukaan galeri.
Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi meyakini Kota Semarang bakal sejajar, dan bahkan lebih hebat dari kota-kota besar lainnya di Indonesia dengan semakin tumbuhnya ekonomi masyarakatnya.
“Jujur, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Semarang kalah dengan kota-kota besar lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, termasuk mungkin Medan,” tegasnya.
Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi meyakini Kota Semarang bakal sejajar, dan bahkan lebih hebat dari kota-kota besar lainnya di Indonesia dengan semakin tumbuhnya ekonomi masyarakatnya.
“Jujur, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Semarang kalah dengan kota-kota besar lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, termasuk mungkin Medan,” tegasnya.
Akan tetapi, kata dia, kalau hanya melihat besaran
APBD yang dimiliki tentunya Kota Semarang tidak akan bisa berkembang, sehingga
diperlukan kolaborasi dari masyarakat dan swasta.
“Salah satunya, galeri ini (Semarang Creative Gallery, red.). Gedungnya dipinjami PT Telkom, katanya bisa dipakai gratis setelah lima tahun. Setelah lima tahun, kami akan minta perpanjangan lagi,” terangnya.
“Salah satunya, galeri ini (Semarang Creative Gallery, red.). Gedungnya dipinjami PT Telkom, katanya bisa dipakai gratis setelah lima tahun. Setelah lima tahun, kami akan minta perpanjangan lagi,” terangnya.
Kemudian, lanjut dia, BNI juga membantu furniture dan
e-commerce untuk galeri tersebut, ditambah dengan kehadiran Batik Keris yang
bekerjasama, termasuk dengan membuka kafe di galeri itu.
Hendi optimistis keberadaan galeri itu tidak hanya memancing UMKM yang lainnya di Kota Semarang, tetapi juga akan menjadi ikon pariwisata unggulan di Kota Atlas.
Hendi optimistis keberadaan galeri itu tidak hanya memancing UMKM yang lainnya di Kota Semarang, tetapi juga akan menjadi ikon pariwisata unggulan di Kota Atlas.
“Apalagi, selama ini Semarang belum punya galeri skala premium untuk memfasilitasi wisatawan dan tamu penting,” imbuh Wali kota yang mengenakan pakaian ala pejabat zaman Belanda.
Sementara itu, Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, kalangan UMKM yang memamerkan produknya di galeri itu diseleksi secara ketat.
“Kami membuat galeri ini untuk produk-produk premium,
tidak sama dengan produk umum. Jadi, kualitas dan mutunya terjamin,” jelas Ita,
sapaan akrab Hevearita yang juga Wakil Wali Kota Semarang. (Humas Pemkot Semarang/didik)