“Usia setengah abad ini menjadi ajang untuk menebar silaturrahmi antar alumni, sehingga bisa saling berbagi dan menjunjung tinggi almamater,” kata Kepala SMK N 1 Brebes, Ali Subchi diruang kerjanya, Senin (6/2).
Ali menjelaskan, lewat ultah bisa menjadi wahana introspeksi sekaligus ajang silaturrahmi bagi semua angkatan. Setidaknya, Mereka akan kembali merasa memiliki dan berkumpul dalam kebersamaan.
“Sebanyak 1500 alumni yang bersedia hadir dari 13 ribu alumni, diperkirakan 10 persen mereka akan hadir,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, juga akan digelar sajadah untuk anak yatim. Dalam artian menghimpun dana seikhlasnya yang digunakan untuk menyumbang anak-anak yatim di Kabupaten Brebes.
Pengasuh Pondok Pesanteren Darussalam Jatibarang Brebes, KH Syeh Sholeh Basalamah akan memberikan mauidlatul khasanah.
Masjid sekolah yang telah menelan dana Rp 2 miliar tersebut nantinya akan diresmikan Hj Idza Priyanti. Pada 12 Febrauari mendatang Idza Priyanti yang juga calon incumbent Bupati pada Pilkada Brebes telah berakhir masa cutinya, sehingga kembali aktif bertugas.
Secara resmi, lanjut Ali, para alumni akan membentuk ikatan alumni yang resmi. Selama ini belum terbentuk Ikatan Keluarga Alumni (IKA) SMK atau SMEA Negeri Brebes.
Dalam catatan sejarah, SMK Negeri 1 Brebes didirikan H Soewardi Wirjaatmadja pada 1967 dengan nama Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Brebes. Kepala sekolah pertama, Achmad Hasan Masri BA. Bidang keahlian yang dibuka Tata Niaga (TN) atau sekarang dikenal, Bisnis Managemen (penjualan).
Gedung Nasional yang terletak di Jalan Pangeran Dipenogoro Brebes menjadi tempat pembelajaran pertama. Selang waktu setahun didirikan, mendapatkan Surat Keputusan Penegerian dari Menteri Pendidikan dengan Nomor 38/PP/IV/-67. Tertanggal 2 Desember 1967 yang mulai berlaku per Januari 1968.
Berdasarkan SK tersebut, SMEA N menjadi sekolah kejuruan ekonomi tingkat atas negeri pertama di Kabupaten Brebes. Sepuluh tahun berikutnya, membuka jurusan Tata Buku (TB) atau Akuntansi dan Tata Usaha (TU) atau Sekretaris.
Pada 1975, menempati gedung baru menghadap ke utara di Jalan Pangeran Diponegoro. Dan pada 1993 seiring dengan pembuatan jembatan akses ke SMEA tidak diijinkan pihak PJKA, maka pintu gerbang diarahkan ke selatan, letaknya kini di Jalan Dr Setiabudi hingga sekarang.(wasdiun)
