Pentas berdurasi 1,5 jam itu mendapat sambutan meriah karena menggunakan dialek Brebesan. Mereka sengaja datang ke TMII untuk melihat pentas budaya dari Brebes/foto: wasdiun |
BREBES- Ratusan warga
Brebes yang merantau di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek)
terpukau melihat penampilan Pentas Budaya Tarling Ronggeng Pandansari di
Anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu (7/5) lalu.
Pentas berdurasi 1,5 jam itu mendapat
sambutan meriah karena menggunakan dialek Brebesan. Mereka sengaja datang
ke TMII untuk melihat pentas budaya dari Brebes, meski harus meninggalkan tugas
rutinnya di kota metropolitan.
“Aku bela-belain datang ke Taman Mini
pengin liat pentas budaya dari Brebes,” tutur Rojak, karyawan swasta asli
Jatibarang di sela pentas.
Rojak mengaku mendengar kabar dari media
sosial (medsos) Facebook dan Whatshap. Dia berkomunikasi dengan beberapa
temannya yang tergabung dalam Ikatan Perantau Brebes (IPB). Ada juga yang
datang dari Paguyuban Anak Rantau Brebes Tegal dan Sekitar (Pagar Betis). Tidak
ketinggalan Majelis Silaturahim keluarga Brebes (Masigab) serta Keluarga
Pelajar dan Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) dan masyarakat perantau lainnya.
Ketua Masigab, Masrowi dalam sambutannya
mengajak kepada warga Brebes yang ada diperantauan untuk memanfaatkan moment
ini sebagai ajang silaturahmi lewat apreasiasi seni dan budaya Brebes.
“Selain itu, bisa kita kasih ide kepada
pemerintah untuk kemajuan Kabupaten Brebes. Kami, diperantauan turut mendoakan
dan tengah berjuang meningkatkan ekonomi keluarga di kampung, demi kemajuan
Kabupaten Brebes,” ungkapnya.
Tidak hanya warga Brebes saja yang
menyaksikan gelaran pentas budaya, sebanyak 25 anggota badan PBB United Nations
Educational, Scientific, And Cultural Organization (Unesco) turut serta
menyaksikan pagelaran dari awal hingga selesai.
Acara dilanjutkan dengan dialog bersama
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE, Forkopimda dan Pimpinan Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) se Kabupaten Brebes.
Bupati juga terlihat sangat menikmati
pertunjukan dan sesekali tertawa melihat adegan kocak yang diperankan Teater
Kembang dari SMA 1 Brebes. Bupati dalam amanatnya memberi semangat kepada warga
Brebes di Jabodetabek untuk terus berkarya.
Kehadiran mereka menjadi duta promosi
bagi Brebes. Prestasi masyarakat Brebes di Jakarta akan mengangkat derajat
ekonomi, pendidikan, sosial, serta kebudayaan masyarakat dikampung. “Prestasi kebudyaan dan pariwisata, bisa
diangkat pula oleh saudara-saudara kita di Jabodetabek,” ujar Idza.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Brebes, Amin Budi Raharjo menjelaskan, pentas tahunan ini sebagai
upaya menggali budaya Brebes sekaligus mensosialisasikannya ke khalayak
Indonesia dan dunia.
Kekayaan budaya dan pariwisata di
Kabupaten Brebes sangat adi luhung dan memikat. Penampilan di TMII sebagai
upaya apresiasi dan promosi budaya dan wisata. Sehingga kebudayaan dan pariwisata
Brebes bisa go publik.
Lakon Ronggeng Tarling Pandansari
dibesut para seniman muda Brebes dengan mengkolaborasi tarling, dangdut, teater
dan ronggeng tampil mempesona dan memukau ratusan penonton.
Kabupaten Brebes merupakan daerah yang
memiliki keragaman ekologi budaya. Keragaman tersebut tercermin dari
keterpengaruhan dengan budaya lainnya. Baik dari keragaman seni, adat dan
tradisi.
Karakteristik ini nampak dari warna
budaya Brebes Selatan yang banyak dipengaruhi budaya Jawa Banyumasan serta
Brebes Utara yang kaya dengan budaya Jawa Cerbonan.
Mengambil cerita ronggeng Pandansari Kecamatan
Paguyangan, gerak perpaduan seni pertunjukan ini berangkat dari nuansa suasana
masyarakat Pandansari yang berada di ketinggian lebih dari 1000 meter permukaan
laut. Dekat dengan kawasan perkebunan teh Kaligua, nuansa agraris tercipta
dalam masyarakat Pandansari
Perkebunan teh Kaligua berdiri semenjak tahun1899
oleh Van John Pletnu & Co. Tahun 1900 dikelola oleh de Jong. Dalam upaya
memordenisasikan mesin pabrik teh, de Jong membeli mesin ketel modern yang
dikirim dari pelabuhan Cilacap menuju Kaligua. Dari Pagojengan ke Kaligua
menempuh jarak 15 km, mesin ketel ditarik puluhan pekerja.
Untuk menghibur para pekerja, pihak
pengusaha mendatangkan penari ronggeng dari Tinggarjaya Jatilawang. Peristiwa
itu terjadi tahun1901dan perjalanan itu berlangsung 20 hari. Sejak itulah
kesenian ronggeng Banyumasan dikenal hingga kini. Memiliki areal lahan 605, 80
ha, perkebunan Kaligua dikelola oleh PTP IX Perkebunan, menjadi khazanah budaya
di Kabupaten Brebes.
Adopsi Naskah
Moliere dan Tradisi
Berangkat dari tradisi ronggeng ini,
kemasan cerita merujuk naskah drama satire Moliere Perancis yang disilangkan
dengan tradisi Pandansari tersebut. Seorang penari ronggeng bernama Ningsih
memadu asmara dengan Tarjo keluarga seniman tarling. Namun hubungan itu tidak
direstui oleh masing-masing orang tua mereka. Jatuhlah sakit Ningsih. Sudah
berbagai resep obat ia gunakan, tak ada yang memuaskan.
Hingga suatu ketika ia mendapatkan
wangsit bahwa ada tabib dari Brebes Utara. Namun apa yang dia dapatkan hanyalah
seorang dukun palsu. Pergulatan asmara Mereka tak tertahankan sehingga Ningsih
depresi. Hingga pada akhirnya bertemu di dukun palsu tersebut yang akhirnya
bisa menyadarkan Ningsih dan berakhir di pelaminan. Karena kedua orang tua
Ningsih dan Tarjo merestui pernikahan Mereka.
Bergumul dengan seni tradisional,
pertunjukan ini dikemas dengan kolaborasi teater modern dan seni pertunjukan
ronggeng dengan tarling, menjadikan kemasan ini menarik digelar. Aroma teater
sampakan dan gemulai penari ronggeng mewarnai kisah ini.
Gawe Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Brebes ini hasil kerja bareng dengan Dewan Kesenian Daerah Brebes,
melibatkan Komunitas Sanggar Karawitan Langen Sari Krida Utama pimpinan Ki
Rakim Hardono dengan Teater Kembang SMA Negeri 1 Brebes. (wasdiun)