BREBES- Dra Sinta Nuriyah Wahid MHum memandang Kebhinekaan yang dimiliki
bangsa Indonesia menjadi modal dasar yang tak mudah terpatahkan. Dengan
perbedaan justru menjadikan Indonesia kuat dan sentosa, karena bangsa Indonesia
di bangun diatas perbedaan. Dan puasa menjadi jembatan persaudaraan yang sejati
dengan saudara kita sendiri. Untuk itu, sebagai anak bangsa harus menjaga,
membela, merawat kerukunan Indonesia.
Demikian disampaikan Shinta Nuriyah saat
sahur bersama di Aula Pendopo Bupati II, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes,
Jawa Tengah, Sabtu (3/6) dini hari.
Istri Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid yang lebih akrab dipanggil
"Gus Dur" itu mengajak kepada seluruh umat Muslim Indonesia dan dunia
untuk saling menghargai, saling menyayangi, saling berbagi tanpa harus melihat
latar belakang orang yang kita beri.
“Bagaimana saudara kita banyak yang masih harus
berjuang mencari sesuap nasi, maka kita harus berbagi, berbagi rejeki bukan
berbagi suami,” ajaknya.
Persatuan diatas perbedaan, kata Bunda
Shinta, telah diletakan oleh para tokoh kita terdahulu dengan semboyan
"Bhineka Tunggal Ika". Juga telah membuat dasar falsafah NKRI yang mengayomi sebuah bentuk
dasar Negara yang kita kenal Pancasila.
Menjadi kewajiban kita untuk menjaga,
merawat, mempertahankan keaslian Pancasila. Kalau tidak, maka bencana
kehancuran akan melanda bangsa kita. Ketika ada yang berusaha merongrong
Pancasila, menggantikan Pancasila dengan dasar Negara selain Pancasila wajib
hukumnya kita lawan. Kita perjuangkan mati-matian dengan kekuatan lahir dan
batin.
Shinta melakukan perjalanan Saur Bersama
sudah dilakoni belasan tahun dengan kaum marginal, kaum terpinggirkan, kaum
tertindas. Merangkul mereka semua untuk merajut kebhinekaan agar terus kokoh
Ibu Pertiwi. Shinta sudah sahur bersama kuli bangunan, tukang becak, penambang
pasir, anak-anak jalanan, mbok bakul, diberbagai tempat seperti di tengah
pasar, dibawah jembatan layang dan ditengah alun alun.
Bunda Shinta sadar, kalau dirinya hidup
disebuah negara yang namanya Indonesia. Sebuah negara yang penduduknya sangat
majemuk, kemajemukan yang kokoh dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang
berbeda tetap satu juga.
“Beda nusa, agama, pekerjaan, nasib, budaya,
makanan, terasa indah di dalamnya,” ucapnya penuh senyum.
Kuliner makanan khas yang dimiliki dari
masing-masing daerah, seperti komoditi makanan khas Brebes berupa telor asin,
Jogja gudeg, Jakarta soto betawi, padang berupa rendang. Menjadi keindahan yang
harus terus dirawat, dipertahankan dan dijadikan kebanggaan bersama.
“Dari perbedaan tersebut, tidak boleh saling menghina,
saling fitnah dan jangan pula saling menghujat,” tandasnya.
Buptai Brebes Hj Idza Priyanti SE dalam
sambutannya juga menyampaikan pentingnya meneladani para pendahulu dan pejuang
bangsa. Para pendahulu telah meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa untuk
tetap menjaga kesatuan dan persatuan.
"Kehadiran Ibu Shinta Nuriyah ini juga akan
memberi banyak manfaat bagi kita, terutama dalam meneladani pemikiran yang baik
dari suami beliau, almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur,"
katanya saat menyampaikan sambutan.
Kegiatan sahur keliling bersama Ibu Dra
Hj Shinta Nuriyah MHum dengan yatim piatu, kaum dhuafa, tukang becak, mantan
narapidana, tokoh lintas agama, didukung Komando Keisapsiagaan Angkatan Muda
Muhammadiyah (Kokam), Barisan Ansor Serbaguna (Banser), Pemuda Pancasila, Pemda
Brebes dan Gusdurian Bumiayu Raya serta lainnya.
Tampak hadir suami Bupati Kompol
Warsidin, Kapolres Brebes AKBP Luthfie Sulistiawan, Dandim 0713/Brebes Letkol
Inf Ahmad Hadi Hariono, para Kepala Organisasi Perangkat Daerah, seniman,
budayawan, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta undangan lainnya. (wasdiun)