SEMARANG- Masuk kerja hari
pertama di lingkungan Pemerintah Kota Semarang, sejumlah pegawai di Kantor
Kecamatan Gajahmungkur terlihat gugup dan salah tingkah. Pasalnya Walikota
Semarang, Hendrar Prihadi menemukan pelayanan di kantor kecamatan tersebut
tidak berjalan maksimal.
Walikota yang akrab disapa Hendi tersebut tiba di Kecamatan Gajahmungkur sekitar pukul 09.00 Wib setelah melakukan apel terpusat di Balai Kota Semarang.
Awalnya,
Hendi mendatangi Kantor Kecamatan Gajahmungkur hanya untuk bersilaturahmi dan
bermaaf-maafan dengan seluruh pegawai yang bertugas di sana.
Namun situasi seketika berubah ketika Walikota yang dinobatkan oleh Kemenpan RB sebagai Walikota terbaik 2017 dalam kategori pelayanan publik tersebut hendak meninggalkan kantor mendapati sebuah mesin antrean otomatis tidak difungsikan, dan justru disembunyikan dibalik sebuah x-banner.
“Ini kenapa, kok tidak menyala?” tanya Walikota Hendi sambil menyingkap x-banner yang menutupi mesin antrian tersebut.
Namun situasi seketika berubah ketika Walikota yang dinobatkan oleh Kemenpan RB sebagai Walikota terbaik 2017 dalam kategori pelayanan publik tersebut hendak meninggalkan kantor mendapati sebuah mesin antrean otomatis tidak difungsikan, dan justru disembunyikan dibalik sebuah x-banner.
“Ini kenapa, kok tidak menyala?” tanya Walikota Hendi sambil menyingkap x-banner yang menutupi mesin antrian tersebut.
“Sudah
satu bulan mati pak” jawab salah seorang pegawai laki-laki. “Kalau mati kenapa
tidak dilaporkan?” tanya Hendi kembali.
Tak
berselang lama keluar seseorang lain yang justru memberi keterangan berbeda.
“Ini kenapa mati tidak dilaporkan Pak?” tanya Hendi. “Baru mati sekitar satu
minggu pak,” jawabnya. “Loh tadi katanya satu bulan, sekarang bilang satu
minggu, yang mana yang benar ?” tutur Hendi dengan nada yang sedikit meninggi.
Hendi lantas mengutak atik sendiri mesin tersebut untuk mengecek kondisi mesin antrian otomatis tersebut. Dan hasilnya mesin tersebut berfungsi dengan baik, hanya tintanya saja yang habis. “Ini bisa kok ternyata, jangan begitu to,” tuturnya kecewa.
Hendi lantas mengutak atik sendiri mesin tersebut untuk mengecek kondisi mesin antrian otomatis tersebut. Dan hasilnya mesin tersebut berfungsi dengan baik, hanya tintanya saja yang habis. “Ini bisa kok ternyata, jangan begitu to,” tuturnya kecewa.
Sekda Kota Semarang, Adi Tri Hananto yang ikut dalam rombongan Walikota Hendi pun tak luput jadi sasaran kekecewaannya. “Bagaimana Pak Sek?” tanyanya kepada Adi. Sekda Kota Semarang itu pun langsung sibuk dengan telponnya berkoordinasi.
Sebagai salah satu kota yang menjadi percontohan Smart City di Indonesia, Hendi mengungkapkan persoalan nomor antrean otomatis yang tidak difungsikan ini menjadi temuan buruk.
“Alat-alat
seperti itu dibeli untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk
mempermudah masyarakat,” tuturnya.
“Jangan sampai di hari pertama ini yang dibahas hanya masuk semua atau tidak, tapi pelayanannya tidak optimal,” tambahnya.
Walikota Hendi sendiri saat di Kantor Kecamatan Gajahmungkur mengatakan, bahwa dari 33 pegawai yang terdaftar, semuanya masuk di hari pertama, tetapi dirinya menganggap hal tersebut tidaklah cukup untuk menjadi tolok ukur maksimal atau tidaknya pelayanan kepada masyarakat.(Humas Pemkot Semarang/didik)
“Jangan sampai di hari pertama ini yang dibahas hanya masuk semua atau tidak, tapi pelayanannya tidak optimal,” tambahnya.
Walikota Hendi sendiri saat di Kantor Kecamatan Gajahmungkur mengatakan, bahwa dari 33 pegawai yang terdaftar, semuanya masuk di hari pertama, tetapi dirinya menganggap hal tersebut tidaklah cukup untuk menjadi tolok ukur maksimal atau tidaknya pelayanan kepada masyarakat.(Humas Pemkot Semarang/didik)