Walikota Tegal Nursholeh saat memimpin rakor terkait rencana presentasi Tegal Yekan Park dihadapan Forum Koridor Ekonomi Perdagangan Investasi dan Pariwisata (Keris)/foto: Humas Pemkot Tegal |
TEGAL- Walikota Tegal Drs HM. Nursholeh,
MMPd akan mempresentasikan Tegal Yekan Park dihadapan Forum Koridor Ekonomi
Perdagangan, Investasi dan Pariwisata (Keris) di Sektretariat Keris Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Semarang, Kamis (14/2).
Walikota akan “menjual” proyek Tegal Yekan Park yang
berlokasi di Kawasan Pusat Promosi dan Informasi Bisnis (PPIB) dan Taman Budaya
Tegal (TBT) di Jl. Kol Sugiono No. 152 Kota Tegal, dihadapan para investor yang
difasilitasi oleh Keris Jawa Tengah.
“Kompleks PPIB dan TBT akan “dijual” dengan judul
Tegal Yekan Park. Tegal Yekan Park akan kita tawarkan profilnya dan diharapkan
responnya akan ada tindak lanjut,” ungkap Walikota saat Rapat Koordinasi
Persiapan Presentasi Profil Investasi Keris Jawa Tengah di Ruang Rapat Lantai I
Setda Kota Tegal, Selasa (12/2).
Menurut Walikota, Proyek Yekan Park akan ditawarkan
sesuai profil investasi yang telah disusun oleh Bappeda Kota Tegal.
Hadir dalam rakor tersebut Pj Sekda Kota Tegal Praptomo
WR SH, Plt Kepala Bappeda Ir Gito Musriyono, Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Bajari SE, Kepala Badan Keuangan Daerah Drs R
Supriyanta, Plt Camat Tegal Barat Ilham Prasetyo SSos MSi, Kepala Seksi
Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sri Hartati, Kepala Bidang Ekonomi
dan Sumber Daya Alam Bappeda Kota Tegal Novie Yektiningsih SSos ME.
Novie mengatakan, Tegal Yekan Park dinilai layak
menjadi lahan investasi karena memenuhi aspek kelayakan proyek. Dengan anggaran
senilai Rp. 24.873.146.000 dan masa investasi 10 tahun, NPV (Net Present Value)
sebesar 12 persen menjadi Rp. 473.099.648, B/C Ratio sebesar 12 persen atau
1,02, IRR (Internal Rate of Return) 12,49% dan payback period 7 tahun 8 bulan.
“Nilai B/C ratio nilainya dia atas 1 yakni 1,02
berarti bisa jalan,” ungkap Novie.
Mengenai nama Tegal Yekan Park, Novie mengatakan
ketika pertama kali mendengar nama Tegal Yekan Park, dipastikan akan menanyakan
apa arti Yekan. Yekan yang berarti bagus atau baik atau enak menurut Novi
merupakan bahasa prokem Tegal yang pernah digunakan pejuang sebagai bahasa
sandi untuk perjuangan melawan penjajah Belanda.
“Nama Yekan sebagai upaya nguri-nguri bahasa Tegal,”
ungkap Novi.
Agar dapat “dijual”, Bappeda telah menyusun profil
investasi kawasan tersebut dengan tujuan sebagai evaluasi penataan kawasan PPIB
dan TBT berdasarkan aspek sosial, ekonomi dan budaya. Bappeda juga menganalisis
potensi prospek dan dinamika keberadaan PPIB dan TBT Yekan Park dalam rangka pengelolaan
serta pemanfaatannya.
Selanjutnya Bappeda merekomendasikan pusat kawasan
PPIB dan TBT Tegal Yekan Park sebagai kawasan terpadu dan dengan profil
investasi yang disusun, Bappeda menyediakan desain kawasan PPIB dan TBT serta
kuliner di Tegal Yekan Park.
Dalam profile investasi, PPIB dan TBT Tegal Yekan Park
dikembangkan dengan menambahkan bangunan baru berupa pendopo ageng sebagai
tempat berlatih bagi seniman. Sedangkan kompleks PPIB akan dilakukan rehab agar
lebih menarik dengan mengubah kioas menjadi fasacase PPIB, membangun vegetasi
dan sculpture, awning dan penempatan wifi corner untuk menarik pengunjung.
Novi membeberkan potensi pengembangan Tegal Yekan Park
cukup berpeluang, dengan harga sewa lebih murah dari pesaingnya, TBT yang hanya
ada tiga di Jawa Tengah digunakan sebagai pertunjukkan, dari segi retribusi
penggunaan PPIB dan TBT memenuhi target masing-masing sebesar Rp. 58.180.000
dan Rp, 65.200.000,-, berada di jalur Pantura yang ramai dilalui kendaraan,
kondisi gedung utama PPIB dan TBT yang masih relatif baik serta tingkat AIDA
pengguna dan masyarakat Kota Tegal tinggi.
Sementara berdasarkan analisis pasar menggunakan
analisis Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oprotunities (peluang) dan
Threats (tantangan) atau SWOT, didapatkan sebagai kekuatan selain berada
dijalur pantura, tanah yang dimiliki di kawasan PPIB dan TBT merupakan tanah
milik Pemerintah, area luas dan memadai sebagai rest area dengan konten yang sangat
variatif dan multifungsi.
Namun kawasan ini mempunyai kelemahan yakni perlunya
promosi yang cukup sebagai penarik masyarakat yang berkunjung. Sedangkan
peluangnya mampu menjadi sumber pendapatanUMKM, destinasi wisata baru yang
medern dan sumber pendapatan daerah yang baru. Namun tantangan yang dihadapi
yakni persaingan dengan korporasi atau peritel besar yang telah eksis di
wilayah tersebut.
Rencananya kerja sama yang akan ditawarkan kepada
pihak ketiga berupa bangun guna serah atau BOT dengan kewajiban pihak ketiga
untuk memberikan semacam sewa setiap tahunnya. Lima besar perlombaan akan
dibuatkan Feseability Studi.(*)