![]() |
Indonesia jadi juara umum ASEAN Schools Games (ASG) 2019 di Semarang/foto: diskominfo jateng |
Terakhir kali Indonesia menjadi juara umum ASG adalah pada tahun 2015 di Brunei Darussalam.
Indonesia mengoleksi 43 medali emas, 34 medali perak, dan 25 medali perunggu dengan total raihan 102 medali.
Ini merupakan sebuah prestasi yang membanggakan dan melegakan mengingat persaingan yang cukup ketat di ASG tahun ini, dengan Thailand dan Malaysia selalu menempel ketat Indonesia di klasemen perolehan medali.
Tak ada hasil yang akan mengkhianati usaha. Para atlet telah melakoni pelatnas secara intensif. Program-program latihan di pelatnas pun fokus pada peningkatan kemampuan fisik, teknik, dan mental.
Khusus peningkatan kapasitas mental para atlet, Kementerian Pemuda dan Olahraga menggandeng Quantum Champions untuk memberikan pelatihan.
Kini, kerja keras anak-anak terbayar sudah. Mereka sukses menyabet predikat juara umum. Bahkan raihan medali emas kontingen Indonesia mampu melebihi target.
Chef de Mission (CdM) Indonesia untuk ASG 2019, Yayan Rubaeni, menyatakan sangat puas atas penampilan anak-anak.
“Penampilan anak-anak luar biasa, salut, saya bangga dan saya yakin Indonesia bangga, karena di usia yang tergolong muda mereka sudah menunjukan dedikasi dan perjuangan maksimal untuk dapat mengibarkan merah putih,” kata Yayan.
Pembibitan Atlet Muda
ASG penting bagi para atlet muda tanah air. Di ASG, para atlet akan belajar bagaimana melihat dan menganalisis kemampuan lawan, serta melatih mental mereka.
Event ini mampu menghadirkan atlet-atlet pelajar terbaik di kawasan Asia Tenggara. Ini merupakan kesempatan yang tepat untuk mengasah kemampuan sebagai atlet. Atmosfer kompetisi yang ketat dan persaingan sehat menjadi suasana yang terbangun selama pelaksanaan pertandingan di semua arena cabang olahraga di ASG.
“Kompetisi seperti ASG ini sangat bagus untuk diikuti oleh para atlet muda Indonesia. Terlepas dari adik-adik ini masih dalam masa training to compete, banyak hal yang bisa diambil dalam event ini, misalnya sebagai tes parameter pelatih untuk melihat progress atletnya, kemudian menambah jam terbang dalam mengasah mental atlet dalam pertandingan internasional, dan bisa menjadi penyemangat pelajar pelajar di daerah untuk bisa menjadi timnas pelajar,” kata Suryo Agung, mantan atlet lari nasional.
Pemerintah akan terus mendukung pembinaan atlet muda. Indonesia butuh bibit-bibit unggul olahragawan nasional yang nanti akan meneruskan jejak seniornya utuk berprestasi di kancah internasional.
“Anak-anak ini adalah atlet muda aset bangsa. Saya yakin jika terus dibina, 3 sampai 4 tahun ke depan mereka akan menjadi tulang punggung prestasi Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya perlu untuk terus memberikan pendampingan bagi sentra-sentra pembinaan tempat mereka berlatih, serta memfasilitasi mereka untuk dapat meningkatkan kemampuan melalui kompetisi,” tambah Yayan.
ASG 2019 berlangsung pada 17 sampai 25 Juli di Semarang, Jawa Tengah. Selain target juara umum dan ajang pembinaan atlet-atlet muda nasional, yang tidak kalah penting adalah penanaman nilai-nilai seperti friendship, sportivitas, dan juga makna yang terkandung dalam slogan unity, spirit, dan respect dapat diimplementasikan sehingga dapat membentuk karakter para atlet. Inilah yang menjadi kunci dan gagasan utama penyelenggaraan ASG.
"Selamat untuk kontingen Indonesia dan sampai jumpa di penyelenggaraan ASG berikutnya," pungkas Yayan. (*)