Meski kawasan ini sering dilanda banjir, namun, banjir rob kali ini adalah yang terbesar, dimana ketinggian air bisa mencapai 80 centimeter di dalam rumah. Puncaknya terjadi pada hari Senin dan Selasa, 1 dan 2 Juni 2020 kemarin yang mengakibatkan puluhan keluarga harus mengungsi meninggalkan rumah bahkan kawasan permukimannya, termasuk lima puluhan orang warganya tetap bertahan, menginap di masjid lingkungan setempat selama tiga hingga empat hari terakhir ini.
Umi mengatakan, pihaknya sudah, sedang dan akan berupaya meminimalisir dampak dari adanya banjir rob ini. “Banjir rob di kawasan terdampak sangat dipengaruhi oleh siklus alam seperti pergerakan bulan dan datangnya hujan, ditambah adanya kemungkinan penurunan permukaan tanah di sejumlah wilayah di sepanjang pantai utara jawa,” kata Umi.
Sedangkan upaya penanggulangan dengan pembuatan polder atau kolam penampungan yang dilengkapi mesin pompa air masih terkendala di pengadaannya yang memerlukan biaya tidak sedikit dan perlu sinergi sejumlah pihak mulai dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah hingga Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. “Mudah-mudahan di tahun 2020 ini, perencanaannya bisa kita selesaikan sebagai usulan teknis ke pemerintah provinsi ataupun kementerian terkait,” kata Umi.
Umi pun berpesan agar masyarakat tetap bersabar dalam menghadapi musibah bajir rob ini, termasuk juga pandemi Covid-19 yang menuntut siapa untuk selalu waspada dan menerapkan protokol kesehatan. “Kita berdoa, mudah-mudahan banjir rob ini bisa segera surut dan masyarakat tetap diberikan kekuatan dan kesehatan,” ujar Umi. (*)