PEMALANG (ranahpesisir.com)- Perang perang dan perang itulah kalimat yang tepat menggambarkan kondisi perpolitikan Pilkada Kabupaten Pemalang dengan waktu hanya hitungan hari jelang pencoblosan tanggal 9 Desember.
Gambaran di atas memang benar benar terjadi di akar rumput, baik di lakukan oleh Paslon langsung maupun oleh simpatisan.
Ada simpatisan yang mendatangi kerumunan masyarakat terus memberikan uang yang penting mau unjuk jari, namun ada juga rakyat kecil yang bersikeras menjatuhkan pilihan bukan karena uang.
Seperti, Sukendro warga RT 9 RW 02 Dukuh Gejlig Desa Widodaren, dan Saeroh RT 5 RW 1 dengan sangat berapi api menyatakan, bahwa tidak semua rakyat kecil bisa di iming iming uang untuk mencoblos calon bupati yang bukan pilihannya.
"Tapi bagi saya walaupun orang tidak punya namun saya tetap tidak bergeming di iming iming duit. Satu hal walau tanpa rupiah bisa saja, saya dan Mba Saeroh itu sudah melas sama Mas Agung, sebab dulu nyalon tidak jadi, pada waktu jadi wakil sekalipun tidak diperankan maksimal Mas Agung orangnya sabar dan narimo itulah yang membuat saya melas sama Pak Agung," ungkapnya.
"Itulah dasar saya menjatuhkan pilihan ke Pak Agung," ujarnya.
"Saya Saeroh pak, saya tiap hari nempel nempeli gambar pak Agung Mansur biarpun gak dikasih duit saya hawanya senang," terang Saeroh saat di rumah Ayong, relawan AMAN mandiri Desa Widodaren Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang.
(Uripto GD/Sandi).