![]() |
Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersama Presiden RI pertama Ir Soekarno/foto: doc istimewa |
Kondisi itu diperparah dengan upaya Belanda untuk merebut kembali tanah Republik Indonesia sampai negeri Kincir Angin menyerahkan kedaulatan kepada rakyat Indonesia pada 27 Desember 1949. Kas negara masih dalam keadaan kosong melompong.
Kondisi itu mendorong rasa nasionalisme Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Seluruh kekayaan milik Yogyakarta diserahkan kepada Presiden RI pertama IR Soekarno. Kejadian ini berlangsung di dalam keraton dan disaksikan para pembantu presiden serta abdi dalem.
"Yogyakarta sudah tidak punya apa-apa lagi. Silakan lanjutkan pemerintahan di Jakarta,” ujar Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Ir Soekarno.
Tanpa disangka, air mata Sri Sultan HB IX mengalir. Begitu pula dengan Soekarno dan sejumlah menteri yang tak kuasa menahan tangis melihat kebesaran hati seorang raja yang mengorbankan seluruh materi kerajaan untuk kepentingan Republik.
Sri Sultan HB IX memberikan sumbangan sekitar 6 juta Gulden untuk kepentingan bangsa.
Jumlah yang sangat besar saat itu yang jika dikonversikan dengan kurs serta inflasi saat ini
besarannya mencapai Rp 413 miliar.
Dengan bantuan it
Indonesia kini memiliki dana operasional untuk membiayai bidang kesehatan, pendidikan, militer, serta gaji pegawai-pegawai pemerintahan RI.
Selama perang berlangsung pembiayaan dilakukan oleh Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Memiliki sikap legawa, berbesar hati dalam kondisi seperti yang dihadapi oleh Sri Sultan HB IX saat itu tidaklah mudah.
Beliau bisa mengesampingkan hal-hal lain yang seharusnya menjadi prioritas kraton demi berdirinya Republik Indonesia.
Sikap mengabdi kepada republik dengan sepenuh hati inilah yang hingga saat ini masih dikenang oleh pihak keluarga.
Hingga beliau wafat,
Sultan dan pihak keraton tidak pernah meminta agar sumbangan itu dikembalikan. (Sejarah Indonesia Jaman Dulu)