Sedekah Waduk Cacaban, Hilirisasi Budaya dan Pariwisata



SEDEKAH WADUK CACABAN- Wakil Bupati Tegal Akhmad Kholid turut serta dalam  prosesi Larung kepala kerbau sebagai Tradisi budaya Sedekah Waduk Cacaban berkembang menjadi destinasi yang mengundang banyak wisatawan, Kamis (24/7)/foto: istimewa 

SLAWI(ranahpesisir.com)-
Tradisi budaya Sedekah Waduk Cacaban berkembang menjadi atraksi wisata yang mengundang banyak wisatawan. Perpaduan antara pelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal serta kepentingan sektor industri pariwisata telah menjadikannya menarik dan memperkuat identitas kultural daerah.

Perpaduan keduanya dinilai mampu menjadi motor penggerak pembangunan yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memastikan pelestarian dan pengembangan kebudayaan sebagai warisan bangsa.


Pernyataan ini mengemuka saat Wakil Bupati Tegal Akhmad Kholid mengikuti prosesi acara Larung kepala kerbau pada acara Sedekah Waduk Cacaban, Kamis (24/07/2025).

Menurutnya, kekayaan tradisi dan budaya ini tidak cukup hanya dirawat, tetapi perlu disinergikan dengan sektor pariwisata sebagai kendaraan untuk memajukan kebudayaan tersebut tanpa mengurangi harkat dan martabatnya.

“Tradisi seperti ini tidak hanya kita jaga, kita lestarikan, tetapi bagaimana ini bisa diolah menjadi sesuatu yang memajukan perekonomian lokal lewat pariwisata. Sebab Waduk Cacaban dengan pesona alamnya punya potensi besar jadi destinasi wisata unggulan,” ujar Kholid.

Pariwisata sendiri sudah sejak lama menjadi sektor prioritas di Kabupaten Tegal dengan segmen mayoritas wisatawan nusantara (wisnu). Dengan kelas ekonominya, mereka memiliki dampak penting bagi UMKM dan menggerakkan ekonomi lokal.

Pihaknya mencatat, hingga pertengahan tahun ini, jumlah kunjungan wisatawan ke Waduk Cacaban mencapai 21.177 orang.

Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tegal Akhmad Uwes Qoroni menuturkan awalnya Sedekah Waduk Cacaban ini merupakan wujud ekspresi budaya masyarakat sekitar waduk yang digelar secara gotong royong oleh kelompok sadar wisata, pelaku UMKM, paguyuban lokal, hingga komunitas masyarakat.

Seiring berjalannya waktu, acara tradisi tahunan ini bukan hanya milik warga sekitar, tetapi sudah menjadi identitas budaya daerah yang mewarnai industri pariwisata Kabupaten Tegal. Tradisi ini mempertemukan nilai spiritual, budaya, dan potensi ekonomi dalam satu harmoni yang indah di tengah alam Waduk Cacaban.

Hal ini sesuai dengan tema acara, yakni gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja yang menggambarkan harapan masyarakat bisa hidup makmur dan sejahtera di tengah alam lingkungan yang damai dan lestari.

Adapun rangkaian acara tradisi ini diisi dengan kegiatan istighosah dan doa bersama, karnaval budaya, kirab gunungan, hingga prosesi larung kepala kerbau ke tengah waduk sebagai simbol penghormatan kepada alam dan bentuk sedekah bagi makhluk hidup lain yang tinggal di dalam waduk.

“Tradisi ini sarat makna dan filosofi tentang kebersamaan, pelestarian alam, serta penghargaan terhadap sesama makhluk Tuhan,” pungkasnya.

Ditemui usai acara, Sholekha, wisatawan lokal asal Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah mengaku senang bisa menyaksikan rangkaian prosesi pelarungan kepala kerbau yang menjadi puncak tradisi Sedekah Waduk Cacaban.

“Saya dan keluarga sudah menunggu prosesi pelarungan kepala kerbau ini sejak pagi. Dan ini bakal jadi pengalaman pertama kami yang mengesankan,” ujarnya. (EW/hn)

ranahpesisir

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.