Kegigihan Tarmuji Menjadi Peternak Muda

 

PETERNAK MUDA-Muhammad Tarmuji peternak muda yang kini memiliki lebih dari 200 ekor domba dengan dua kandang ternak/ foto: istimewa 

SLAWI(ranahpesisir.com)
-Muhammad Tarmuji (29) mulai menekuni usahanya sebagai peternak muda sejak usia 23 tahun. Dia pun sering membagikan ilmu dan mengajak anak muda lainnya mau beternak. Kini, ia memiliki lebih dari 2.000 ekor domba dengan dua kandang ternak.

Namun jauh sebelum itu, Tarmuji adalah sosok pemuda yang pernah gagal meraih ambisinya dalam bertani. Latar belakang pendidikan vokasinya di SMK jurusan teknik mesin tidak menyurutkan niatnya mengolah lahan pertanian.

Di usia 20 tahun, Tarmuji memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai teknisi di sebuah perusahaan industri perakitan sepeda motor terbesar di Jabodetabek dan pulang kampung ke Desa Dukuhwaru, Kecamatan Dukuhwaru.

Bermodal uang pesangon Rp30 jutaan dan pengetahuan bertani yang diperolehnya dari youtube, ia mulai bisnis pertaniannya.


“Setelah saya praktikkan, ternyata hasilnya (panen) berbeda, tidak sesuai harapan. Nah ini awal dari uang saya habis semua dalam waktu tiga bulan,” ungkap Tarmuji saat taping acara podcast on the spot bersama Humas Pemkab Tegal di kandang ternaknya, Muji Jaya Farm, Jumat (24/10/2025).

Kondisi ini memaksanya kembali merantau, bekerja serabutan di Jakarta. Setiap pagi ia berjualan telur, siangnya mereparasi motor, dan sorenya membantu sang kakak berjualan nasi goreng sambil sesekali diminta membantu menjadi teknisi listrik sebuah perusahaan jasa maintenance gedung dan mal di Jakarta.

Satu tahun lebih aktifitas ini ia lakoni sampai akhirnya bertemu seorang pegawai bank lulusan pertanian yang tidak hanya menyarankan dirinya kembali bertani di kampung, tapi juga memberinya modal usaha Rp1 juta secara cuma-cuma.

Kegagalan berusaha tak membuat Tarmuji menyerah. Bermodalkan uang Rp1 juta, ia pun nekat kembali ke kampung, memanfaatkan uang tersebut untuk budidaya cacing, memanfaatkan kotoran sapi dari kandang ternak milik tetangga kampungnya untuk pakan cacing.

“Usaha ternak cacing saya awalnya diremehkan tetangga, dianggap kurang waras karena sebagai anak muda kok kerjaannya cuma ngumpulin kotoran sapi,” katanya.

Tak patah arang, hasil komposting kotoran sapi sisa pakan cacing ia olah sendiri menjadi pupuk organik, termasuk pestisida nabati dari urin kambing dan sapi. Semuanya aplikasikan ke lahan pertanian beras ketan milik bapaknya yang kebetulan saat itu produktivitas dan harga jual penennya tinggi.

Bermodal keuntungan hasil panen beras ketan inilah Tarmuji memberanikan diri membuat kandang sapi di samping rumahnya dan secara bertahap dari keuntungan bertaninya berhasil membeli 3 ekor sapi. Di sinilah ia mulai menerapkan konsep pertanian dan peternakan zero waste.

Jerih payahnya ini pun dilirik Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Tegal dengan mengikutsetakannya sebagai salah satu peserta program magang ke Jepang selama satu tahun.

“Di sana saya banyak belajar bisnis pertanian, peternakan, dan perkebunan. Alhamdulillah ilmunya bisa diaplikasikan di sini yang saya rasa lebih efisien, lebih efektif, kemudian dibalut dengan inovasi terbaru, salah satunya di pembuatan pakan,” ungkap Tarmuji.


Sepulang dari Jepang tahun 2020 lalu, wawasan agrobisnisnya pun semakin luas. Menurutnya, peluang bisnis penggemukan domba sangat terbuka lebar mengingat konsumsi daging domba di Tegal sangat tinggi karena banyaknya warung sate kambing.

“Di Tegal, permintaan daging kambing (domba) untuk warung-warung sate sangat tinggi, tidak seimbang dengan suplai yang ada. Maka ini peluang besarnya,” katanya.

Tarmuji pun mendatangi sejumlah peternak untuk belajar ternak domba. Awalnya, hanya bermodalkan 10 ekor domba yang kemudian berkembang biak menjadi 150 ekor selama dua tahun masa pemeliharaan. Saat itu, ia menggunakan rumput dan silase sebagai pakan utama ternaknya serta mengolah kotoran kambing supaya tidak berbau mengingat lokasi kandang ternaknya ada di samping rumah, di tengah lingkungan permukiman padat penduduk.

Beragam inovasi, terutama soal pakan coba ia terapkan untuk memenuhi permintaan pemilik warung sate akan daging domba yang berkualitas.

“Untuk mendapatkan kualitas daging yang terbaik, komposisi protein nabati pada pakan harus diperbesar. Paling gampang nyari protein ini di Tegal ya ampas tahu, CGF (corn gluten feed) jagung, singkong, polar, juga ampas kedelai,” ungkapnya.

Dari sini, usahanya mulai berkembang, dari awalnya hanya mengandalkan lahan sempit di samping rumahnya untuk kandang ternak, kini ia mengelola dua lahan peternakan di Desa Dukuhwaru, termasuk Tarmuji Muji Jaya Farm seluas 1.750 meter persegi berkapasitas 2.000 ekor kambing miliknya pribadi.

Singkat cerita, Tarmuji pun dipercaya sebagai pemasok daging domba sejumlah warung sate kambing ternama di Tegal, seperti Cempe Lemu dan juga warung sate lainnya di luar kota, seperti Pemalang, Pekalongan, Kuningan, Majalengka, Bandung, hingga Jakarta.

Tarmuji Jaya Farm kini sudah dilengkapi dengan rumah pemotongan hewan atau RPH yang tersertifikasi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Hal ini memungkinkan ia mengontrol sendiri secara langsung kualitas daging domba miliknya dan melakukan intervensi yang diperlukan untuk menjaga kualitas.

Tarmuji pun mengungkapkan rahasia dibalik tekstur daging dombanya yang empuk itu 60 persen dipengaruhi oleh pakan ternak, 10 persen metode pemotongan hewan ternak, di mana ternak tidak boleh stress. Selebihnya, untuk mendapatkan sate yang empuk, 20 persen lewat cara penyajian saat diwarung dan 10 persen rahasia pemilik warung sate kambing.

“Sate empuk itu tidak langsung tercipta dengan sendirinya. Semuanya berawal dari pemilihan genetik cempenya yang bagus, tidak terlalu tua, sekitar empat bulanan selepas sapih lalu dilakukan penggemukan di farm selama 70 hari dengan treatment pakan khusus,” ujarnya.

Saat ini, Tarmuji tengah menempuh pendidikan sarjananya di Tegal Muhammadiyah University (TMU) jurusan manajemen untuk memperkuat ilmu manajemen bisnis peternakannya. Ia mengaku, sekalipun menjadi satu-satunya pemilik Tarmuji Jaya Farm, ia masih digaji oleh sistem keuangan dari usaha yang diciptakannya.

“Jadi saya menerapkan metode atau sistem keuangan seperti PT. Saya sebagai pemilik digaji seperti yang karyawan lainnya dengan jumlah yang tetap setiap bulannya. Sehingga keuntungan dari “perusahaan” ini bisa diputar untuk pengembangan usaha atau investasi lainnya tanpa khawatir terpengaruh oleh kebutuhan pribadi saya,” pungkasnya.

Nama : Mohamad Tarmuji

Lahir : Tegal, 24 Juli 1996


Pendidikan :

MI Al Islamiyah Dukuhwaru

MTs Alfahruriyah Dukuhwaru

SMK Bhakti Praja Dukuhwaru (Teknik Kendaraan Ringan)

Alumni Program Magang Jepang (The Japan Agricultural Exchange Council)

Penulis: (ew/hn)


ranahpesisir

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.